
Batu Belubang, hukumtembak.com – Desa Wisata Batu Belubang kembali menggelar dua lomba tradisional, Metet (ketapel) dan Ngeremis (mencari kerang remis), pada Minggu (14/9). Kegiatan yang merupakan bagian dari rangkaian acara Pesona Budaya Desa Wisata Batu Belubang 2025 ini berhasil menyedot antusiasme warga dan menciptakan suasana penuh keceriaan di kawasan pesisir pantai.
Lomba dibuka secara resmi oleh Kepala Desa Batu Belubang, Ahirman, dengan melakukan tembakan ketapel perdana. Ia didampingi oleh Ketua Lembaga Adat Melayu, Idris, dan Ketua Panitia Pelaksana, Ismail Muridan.
Dalam sambutannya, Ahirman menegaskan pentingnya kegiatan budaya sebagai sarana perekat kebersamaan sekaligus pelestarian warisan leluhur.
“Mari kita kokohkan kekompakan untuk membangun desa lebih maju melalui kegiatan seperti ini. Apalagi nanti tanggal 21 ini ada even Kirab 1000 Telur dan Kirab Nganggung, kita dukung, kita meriahkan dan kita sukseskan bersama,” ajaknya.
Lomba Metet diikuti oleh para peserta dari berbagai desa di Kabupaten Bangka Tengah. Persaingan berlangsung sengit dengan setiap peserta menunjukkan kemahiran membidik sasaran.
Kejutan datang dari tiga peserta baru yang berhasil mendominasi podium dan menggeser peserta yang lebih berpengalaman. Aldi, warga Desa Batu Belubang, berhasil meraih juara pertama. Posisi kedua dan ketiga diraih oleh Sulaiman (Desa Tanjung Gunung) dan Ahmad Yani (Kelurahan Dul).
Sementara itu, di tepi pantai, Lomba Ngeremis menunjukkan sisi berbeda. Lomba yang diikuti oleh ibu-ibu dan perempuan desa ini memacu mereka untuk secara cekatan mengais pasir basah mencari remis.
Suasana kebersamaan dan gelak tawa mewarnai jalannya lomba. Sorakan dukungan langsung terdengar setiap kali ada peserta yang berhasil menemukan remis.
Juara pertama lomba beregu ini diraih oleh pasangan Asma dan Sutra, disusul oleh Nanik & Atut (juara 2), serta Darnia & Sida (juara 3).
Strategi Budaya untuk Pariwisata
Ketua Panitia Pelaksana, Ismail Muridan, menegaskan bahwa lomba metet dan ngeremis adalah bagian dari strategi Desa Batu Belubang untuk menghidupkan potensi budaya lokal. Sebagai desa wisata yang dikenal secara nasional, Batu Belubang terus mengembangkan konsep pariwisata berbasis budaya dan kearifan lokal.

“Dengan adanya lomba tradisional seperti ini, masyarakat semakin sadar bahwa tradisi bisa menjadi daya tarik wisata. Kita tidak hanya menjual keindahan pantai, tetapi juga kekayaan budaya yang hidup di tengah masyarakat,” ujar Ismail.
Ia menambahkan bahwa tradisi warisan leluhur harus terus dijaga dan diperkenalkan kepada generasi muda sebagai identitas desa wisata.
Rangkaian Pesona Budaya Desa Wisata Batu Belubang 2025 akan mencapai puncaknya pada 21 September 2025 dengan penyelenggaraan Kirab 1000 Telur dan Kirab Nganggung dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Acara ini akan menampilkan arak-arakan kereta hias (Kerito Surong) berisi telur hias warna-warni dan hidangan ribuan porsi makanan dalam tradisi Nganggung untuk dinikmati bersama. (Yuni/**).